Ponpes HKC
Email
Telp

Merindukan Generasi Emas Pembela Umat

Generasi muda adalah tonggak sebuah peradaban. Di tangannya arah sebuah bangsa akan ditentukan. Kehadiran generasi emas  yang banyak didominasi oleh generasi muda itu telah banyak dicontohkan di masa keemasan Isam. Misalnya Mu’adz bin Amr bin Jamuh pada usia 13 tahun dan Mu’awwidz bin ‘Afra pada usia 14 tahun, berhasil membunuh Abu Jahal, jenderal kaum musyrikin pada Perang Badar.

Zaid bin Tsabit, pada usia 13 tahun, dalam 17 malam mampu menguasai bahasa Suryani sehingga menjadi penterjemah Rasulullah ﷺ, hafal kitabullah dan ikut serta dalam kodifikasi (pembukuan) Al Qur’an.

Zubair bin Awwam, di usia 15 tahun, pertama kali menghunuskan pedang di jalan Allah. Diakui oleh Rasulullah sebagai hawarinya (pengikut setia). Al-Arqam bin Abil Arqam, pada usia 16 tahun, menjadikan rumahnya sebagai markas dakwah Rasulullah ﷺ selama 13 tahun berturut-turut.

Sa’d bin Abi Waqqash, pada usia 17 tahun, pertama kali melontarkan anak panah di jalan Allah dan termasuk dari enam orang ahlus syuro (orang-orang yang dipercaya untuk diajak bermusyawarah). Muhammad Al-Fatih, di usia 22 tahun, menaklukkan Konstantinopel, ibu kota Byzantium pada saat para jenderal agung merasa putus asa, dan masih banyak lagi.

Dari sini begitu terlihat jurang perbedaannya dengan generasi hari ini. Generasi emas yang ada di masa lalu begitu memiliki cita-cita yang tinggi dan mulia. Cita-cita yang berangkat dari kecintaan mereka terhadap Rabb  dan Rasul Nya dan keinginan mereka memberikan yang terbaik untuk umat. Cita-cita yang lahir dari keimanan kokoh yang begitu kuat mengakar di dada. Tidak ada dalam kamus mereka ingin kaya, tenar, dan lain-lain. Karena cita-cita yang sifatnya duniawi itu adalah tujuan yang rendah. Kalaupun mereka mendapatkan kebaikan di dunia, itu bukanlah menjadi tujuan utamanya.

Bukan tidak mungkin generasi emas itu hadir kembali. Bagaimana pun anak –anak muda muslim adalah cikal bakal dari kelahiran generasi emas. Lihatlah bagaimana keberanian anak-anak Muslim di Palestina yang berdiri kokoh, menantang musuh Allah meski nyawa tiap hari melayang. Mereka tetap menghafal Qur’an yang tiap hari, jumlahnya terus bertambah, dan anak-anak muda yang semangat mengkaji Islamnya juga semakin tinggi.

Sebagaimana emas yang sesungguhnya, ia perlu ditempa dengan proses yang  panjang, dicuci, dilebur, dan dimurnikan agar kemilaunya nampak.  Artinya generasi emas sesungguhnya tidak bisa lahir sendiri. Mereka harus dilahirkan dari rahim sebuah sistem yang akan memberikan mereka suasana yang mendukung untuk melejitkan semua potensi yang mereka miliki ke arah yang mulia.

Seperti layaknyaa sistem, dia lahir dari pemimpin, komunitas/lingkungan, orangtua dan keluarga serta sahabat-sahabat yang memang mendukungnya menjadi ‘emas’.  Semua punya peran dan terlibat penuh.

Pemuda generasi emas yang mencintai Islam, ia lahir dari atas sampai bawah nya, mencintai Al-Quran. Yang pola pikir dan pola sikapnya berangkat dari Qur’an dan Sunnah. Merekalah yang akan mengangkat kewibawaan kaum Muslim di mata dunia, menjadi pemimpin dunia yang disegani yang akan menyatukan seluruh wilayah Islam. Kehadiran mereka membuat Allah menjadi ridho untuk menurunkan berkahnya ke langit dan bumi.

 

Summber: Hidayatullah.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *