Ponpes HKC
Email
Telp

Enam Langkah Meraih Syafaat Al-Qur’an

 

Ada sebuah doa yang sangat populer. Doa biasanya dibaca ketika kita selesai mengaji Al-Quran. Anak-anak Kaum Muslim sangat hafal doanya. Bunyinya, “Allahummarhamnaa bil Qur`aan waj`alhu lanaa imaama wa nuuraa wa hudaa wa rahmah, Allaahumma Dzakkirnaa minhu maa nasiinaa wa `allimnaa minhu maa jahilnaa warzuqnaa tilaawatahu aanaa`allaili wa athroofan nahaar waj`alhu lanaa hujjatan, yaa Rabbal `Aalamiin.”

Doa tersebut berisi permohonan kepada Allah agar kita mendapat rahmat melalui Al-Quran, diberi ilmu, bimbingan, cahaya iman, dengan Al-Qur`an. Di ujung doa ini terdapat permintaan agar Al-Qur`an menjadi saksi yang meringankan kita di hadapan Allah, “Waj`alhu lanaa hujjatan.”

Al-Quran sebagai Kalam Allah bisa memberi pertolongan, atas izinNya, dalam bentuk syafaat. Ia bisa menjadi perantara untuk menolong kita ketika mempertanggungjawabkan amal kita di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala. Langkah-langkah apa saja untuk kita bisa meraih syafaat Al-Quran, seperti doa yang kita haturkan ke hadirat Allah?

Setidaknya, ada enam langkah yang harus kita wujudkan. Keenam langkah ini menjadi bukti interaksi yang baik dengan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang muslim yang baik. Pertama, Senantiasa Membaca Al-Quran. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam telah bersabda :

اقرأوا الْقُرْآن فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْم الْقِيَامَة شَفِيعًا لأَصْحَابه  (رواه مسلم)

“Bacalah Al-Quran, kelak ia akan datang di Hari Kiamat memberi syafaat kepada para pembacanya.” (HR. Muslim).

Langkah pertama, mau atau tidak, harus dilalui oleh setiap muslim. Seorang muslim wajib untuk bisa membaca Kalam Allah sesuai kaidah Ilmu Tajwid dengan langgam yang benar, tidak menyimpang dan tidak pula mengada-ada.

Membaca Al-Quran merupakan aktifitas yang harus menjadi kebutuhan rohani demi meningkatkan mutu dan kualitas spiritual. Di era teknologi seperti sekarang ini, kita dapat dengan mudah membaca Al-Quran lewat telepon genggam yang kita genggam ke mana saja. Di bus, pesawat, kereta, di mana saja, kita dapat membacanya.

Maka, sangat disayangkan apabila seorang muslim tidak bisa membaca Al-Quran. Sangat disayangkan pula, jika seorang muslim yang sudah pandai membaca Al-Quran namun tidak membiasakan dirinya dan keluarganya untuk istiqamah membacanya setiap hari.

Sebagai orangtua Muslim, mereka memiliki tanggungjawab besar untuk memastikan bahwa anak-anaknya bisa dan terbiasa membaca Al-Quran. Beruntung jika mereka sampai pada tingkatan menghafalnya. Kalau pun orang tua belum sanggup mengajarkan secara langsung, titipkanlah mereka untuk belajar membacanya di TPQ atau Madrasah Diniyah. Kelak anak-anak yang tumbuh dalam bimbingan Al-Quran, Insya Allah, akan menjadi keturunan yang membanggakan, generasi emas, pejuang Islam yang tangguh, karena di hati mereka ada Al-Quran yang membimbing, menyinari, dan menjadi sebab turunnya rahmat Allah kepada mereka.

Kedua, adalah Senantiasa Mendengar Bacaan Al-Quran. Selain bisa membaca, mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Quran juga menjadi jembatan meraih syafaatnya. Kita bisa mendengarkan secara langsung lewat radio, televisi, atau Mp3 murottal yang biasa diputar di masjid-masjid menjelang waktu shalat.

Suara lantunan Al-Quran bukan polusi udara. Sungguh sebuah tuduhan tanpa dasar yang mengatakan bahwa suara kaset ngaji adalah polusi udara, seperti yang terlontar dari mulut seorang pejabat di suatu negeri. Yang benar adalah justru suara musik di diskotik, cafe, dan panggung-panggung musik lah, polusi udara yang sesungguhnya, mengotori kalbu dan menyeret kepada hal-hal yang negatif.

Mendengar lantunan ayat-ayat suci Al-Quran akan membuat hati dan jiwa pendengarnya tenteram dan damai. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda :

من قرأ القرآن كتب الله له بكل حرف عشر حسنات ومن سمع القرآن كتب الله له بكل حرف حسنة وحشر في جملة من يقرأ ويرقى (رواه الديلمي)

Siapa yang membaca Al-Quran, Allah akan mencatat baginya, sepuluh pahala kebaikan di tiap hurufnya dan siapa yang mendengarkan bacaan Al-Quran, Allah akan catat untuknya, satu kebaikan di tiap hurufnya, serta ia akan dibangkitkan dalam golongan orang yang membaca dan naik derajatnya.” (HR. Ad-Dailami)

Ketiga, Mengkaji dan Mempelajari Ayat-ayat Al-Quran. Al-Quran tidak cukup hanya dibaca dan didengarkan. Lebih dari itu, kita harus menjadikannya sebagai sumber inspirasi di berbagai bidang kehidupan. Untuk bisa sampai ke arah tersebut, langkah yang harus kita tempuh adalah mengkaji hikmah-hikmah yang ada di dalamnya.

Berbagai penemun ilmiah dan fakta-fakta yang mencengankan ada dalam Al-Quran. Tinggal sejauh mana kemauan kita dalam mempelajarinya. Rasulullah SAW bersabda tentang orang yang mengkaji dan mempelajari ayat-ayat Allah :

تَعَلَّمُوا الْقُرْآنَ، فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَافِعًا لِأَصْحَابِهِ (رواه ابن حبان)

“Pelajarilah Al-Quran oleh kalian, sebab kelak di Hari Kiamat ia akan datang memberi syafaat kepada para pengkajinya.” (HR. Ibnu Hibban)

Keempat, Mengamalkan Hukum-hukum Al-Quran. Keadilan hukum merupakan dambaan setiap insan. Al-Quran turun dengan tujuan, salah satunya, memberikan rasa aman dan perlindungan bagi segenap jiwa manusia, dalam bentuk penegakan hukum untuk memutuskan suatu perkara. Ketika suatu produk hukum berlandaskan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran itu diterapkan, akan memberikan keadilan bagi seluruh anggota masyarakat. Tidak ada lagi istilah, “hukum tajam ke bawah, tumpul ke atas.”

Sebagai contoh, hukum tentang larangan mengonsumi minuman keras. Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa minuman keras itu merupakan perbuatan yang banyak mengandung bahaya, mempengaruhi akal dan jiwa seseorang. Dampaknya mencakup banyak aspek, meliputi : kerusakan pada diri orang yang mengonsuminya, keluarganya bahkan suatu negara.

Jika larangan mengonsumsi minuman keras ini diterapkan secara sungguh-sungguh, maka akan memgurangi kejahatan yang terjadi di tengah masyarakat, akibat dampak Miras. Siapa yang mengamalkan hukum-hukum Al-Quran, ia akan mendapat syafaatnya, seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam:

مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ يَقُومُ بِهِ أَنَاءَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ يُحِلُّ حَلَالَهُ وَيُحَرِّمُ حَرَامَهُ حَرَّمَ اللَّهُ لَحْمَهُ وَدَمَهُ عَلَى النَّارِ , وَجَعَلَهُ رَفِيقَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ حَتَّى إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ كَانَ الْقُرْآنُ لَهُ حُجَّةً (رواه الطبراني)

“Siapa yang membaca Al-Quran, dimana ia membacanya pada waktu shalat di tengah malam dan siang hari, ia menghalalkan halalnya dan mengharamkan haramnya, maka Allah haramkan daging dan darahnya terkena api neraka, dan akan menjadikannya teman pendamping para malaikat yang mulia dan baik, serta pada Hari Kiamat nanti Al-Quran akan menjadi hujjah (pembela) untuknya.” (HR. Thabrani)

Kelima, Mengajarkan Al-Quran kepada Orang lain. Sudah menjadi kewajiban bagi setiap orang yang diberi ilmu oleh Allah untuk mengamalkan apa yang sudah ia peroleh, walau pun satu ayat. Termasuk mengajarkan Al-Quran dalam beragam bentuk seperti mengajarkan cara membaca yang baik dan benar, menguraikan makna dan kandungan ayat, atau menghimpun tafsir Al-Quran sebagai upaya mendekatkan umat kepada pemahaman terhadap Al-Quran yang baik, tidak menyimpang, tidak salah jalan, salah tafsir yang bisa menimbulkan keresahan kepada umat Islam.

Mengajarkan Al-Quran sesuai dengan bimbingan para ulama yang ahli di bidangnya, akan membuat umat semakin cinta terhadap Al-Quran dan mau mengamalkannya. Memahamkan umat tentang Al-Quran bisa menjadi amunisi argumentasi yang kuat dalam menghadapi penafsiran ala pendukung pemahaman Pluralisme, Liberal, Sekular (SePILIS), yang banyak memperalat ayat-ayat Suci untuk tujuan yang menyesatkan. Rasulullah Shallallhu ‘Alaihi Wassallam bersabda :

من تعلم القرآن وعلمه وأخذ بما فيه كان له شفيعا ودليلا إلى الجنة (رواه ابن عساكر)

Siapa yang mempelajari Al-Quran, mengajarkan, dan mengamalkan isinya, maka ia akan menjadi pemberi syafaat dan petunjuk jalan menuju surga.” (HR. Ibnu Asakir).

Keenam, Mengamalkan dengan Landasan Ikhlas Mencari Ridha Allah Subhanahu Wata’ala. Di saat kita mengamalkan Al-Quran, landasannya adalah semata-mata mengharap ridha Allah, bukan untuk mendapat pujian dan hadiah. Pengamalan Al-Quran dengan ikhlas akan membuat seseorang bisa meraih syafaat Al-Quran. Rasulullah SAW bersabda:

تَعَلَّمُوا الْقُرْآنَ وَسَلُوا بِهِ الْجَنَّةَ قَبْلَ أَنْ يَتَعَلَّمَ قَوْمٌ يَسْأَلُونَ بِهِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْقُرْآنَ يَتَعَلَّمُهُ ثَلَاثَةٌ: رَجُلٌ يُبَاهِي بِهِ، وَرَجُلٌ يَسْتَأْكِلُ بِهِ، وَرَجُلٌ يَقْرَأُ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ (رواه البيهقي)

“Pelajarilah Al-Quran dan mintalah surga dengannya, sebelum muncul satu kaum yang mempelajari Al-Quran untuk tujuan duniawi. Sesungguhnya ada tiga kelompok yang mempelajari Al-Quran: (1) Seseorang yang mempelajarinya untuk membanggakan diri, (2) Seseorang yang mencari makan darinya, dan (3) seseorang yang membaca karena Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR. Baihaqi)

Itulah keenam langkah untuk bisa mewujudkan doa kita, “waj`alhu lanaa hujjatan” kesaksian yang meringankan dari Al-Quran. Seperti halnya kesaksian dalam suatu pengadilan, ada saksi yang memberatkan dan ada pula saksi yang meringankan. Tentunya kita tidak ingin menjadi sosok yang mendapat kesaksian yang tidak kita harapkan. Kita berharap semoga kita, keluarga, dan saudara-sadaura kita Kaum Muslimin, mendapat syafaat Al-Quran melalui keenam langkah di atas : membaca, mendengarkan,  mengkaji, melaksanakan hukum-hukum Al-Quran, mengajarkan dan melaksanakannya dengan ikhlas.

Ramadhan sebagai Syahrul Quran harus memberi warna Qurani di sebelas bulan setelahnya. Kita isi hari-hari di sisa usia kita dengan Al-Quran. Bersama Al-Quran, Insya Allah, kita meraih kemuliaan di dunia dan akhirat.

 

Sumber: hidayatullah.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *