Bagi kaum Muslimin di Indonesia, tema Alquran lebih sering didiskusikan dan disyiarkan di bulan Ramadhan. Padahal, sejatinya kebutuhan setiap insan beriman kepada Alquran adalah dari waktu ke waktu, sepanjang hayat. Terlebih, bagi para penuntut ilmu secara khusus.
Sebuah fakta dialami oleh Al-Hafizh Dhiy’uddin Al-Maqdisiy. Kala hendak melakukan rihlah untuk menuntut ilmu, sang guru yang bernama Syekh Ibrahim bin Abdul Wahid Al-Maqdisiy memberikannya nasihat. “Perbanyaklah tilawah Alquran dan jangan melalaikannya. Sebab, ilmu yang engkau tuntut akan dimudahkan bagimu sesuai kadar banyaknya tilawah Alquranmu.”
Mendapati nasihat itu, Dhiy’uddin Al-Maqdisiy pun mengamalkannya dengan penuh kesungguhan dalam tilawah Alquran. Pada akhirnya ia menyadari dan membuktikan bahwa nasihat sang guru sangatlah berguna baginya dalam memperoleh ilmu.
“Lalu saya pun mencobanya dan melihat manfaatnya. Dahulu, bila saya banyak membaca Alquran maka banyak dimudahkan bagiku untuk mendengar dan menulis berbagai hadis. Namun, bila saya tidak membacanya maka tidak dimudahkan bagiku.”
Dengan demikian, Alquran tidak saja menjanjikan kebahagiaan berupa pertolongan di hari kiamat, tetapi juga memberikan keuntungan langsung kala dibaca dengan penuh kesungguhan di dalam kehidupan dunia, terutama bagi para penuntut ilmu. Alquran menjadi semacam pembuka jalan bagi akal dan hati untuk dapat menerima ilmu dengan lebih cepat dan menyeluruh. Pada akhirnya penuntut ilmu yang rajin tilawah Alquran benar-benar mendapatkan derajat dari sisi-Nya.
“Niscaya, Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS al-Mujadilah [58]: 11).
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abuth Thufail, Amir bin Waatsilah bahwa Nafi’ bin Abdil Harits pernah bertemu dengan Umar bin Khathab di Asafan. Umar mengangkatnya menjadi pemimpin Makkah, lalu Umar berkata kepadanya, “Siapakah yang engkau angkat sebagai khalifah atas penduduk lembah?”
Ia menjawab, “Yang aku angkat sebagai khalifah atas mereka adalah Ibnu Abzi, salah seorang budak kami yang telah merdeka.” Mendengar itu, Umar bertanya, “Benarkah engkau telah mengangkat seorang mantan budak sebagai pemimpin mereka?”
Dia pun menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya dia adalah seorang yang ahli membaca Kitabullah (Alquran) memahami ilmu faraidh dan pandai berkisah.”
Lalu, Umar menyampaikan hadis Nabi SAW, “Sesungguhnya Allah mengangkat dengan kitab ini (Alquran) suatu kaum dan merendahkan dengannya sebagian lainnya.”
Subhanallah, jadi kunci keberhasilan hakiki seorang penuntut ilmu dapat dilihat dari interaksinya dengan Alquran. Semakin sering dan penuh kesungguhan membaca Alquran semakin tajam ilmu yang dimiliki sehingga kelak dapat menjadi pemimpin yang adil lagi dapat dipercaya.
Dalam kata yang lain, jika umat Islam menghendaki pemimpin hebat di masa depan sedari kini anak-anak kita harus didekatkan dengan Alquran sehingga ilmu yang dimiliki berkah dan mencerahkan masa depan bangsa dan negara kita.
Sumber: Republika.id
Leave a Reply